Active in Sosmed= Feeling Insecure?

Hmm...bener-bener malam minggu yang bikin nge-blank.

Seharusnya Neko bisa melakukan banyak hal minggu ini seperti:

1. Beresin kamar
2. Beresin cucian
3. Mulai belajar masak lagi
4. Nyelesein target latihan gambar
5. Nyelesein translate-an (well udah selesai semua sih kalau yang ini mah. Prioritas soalnya kerjaan euy)
6. Belajar bahasa Arab lagi sebelum kelas masuk pertengahan Agustus nanti...
7. Nyelesein cerita buat lomba nulis di Goodreads

dan masih banyak lagi...

Faktanya semua itu nggak Neko lakukan karena....


Neko tenggelam sama sosial media. Oh yeah...

Neko pingin jadi penulis. Tapi bukan berarti Neko pingin karir Neko mandeg jadi cuma penulis status. AH! Barangkali Neko harus ingat bahwa tujuan awal Neko buka akun FB itu buat belajar nulis dengan sharing tulisan kepada orang-orang yang juga punya passion sama di bidang penulisan!

Duh! *Head to the desk


Barusan Neko buka blog milik artis lokal yang Neko suka. Dia juga mengatakan hal yang hampir sama. Dulu dia benci banget sosial media (sama kayak Neko). Tapi sekarang kalau dia buka internet, yang dia buka pertama kali selalu akun-akun sosial medianya (persis kayak Neko). Dia ngerasa dia perlu buang modemnya untuk beberapa saat biar bisa fokus ngelatih skill gambarnya lagi (setengah kaya Neko. Neko sih nggak pingin sampai buang modem segala. HUAH! Ekstrim!)


Ada satu hal menarik yang Neko baca dari tulisannya dia. Dia ngerasa bahwa dia aktif di sosial media dan nggak bisa menghentikannya karena rasa insecure. Dia agak jealous dengan artis-artis lain yang punya lebih banyak penghargaan daripada dia. Dan karya-karyanya lebih dihargai daripada karya dia. Well...Setahu Neko yah, nih artis udah punya semacam fanbase tersendiri sampai punya fanpage di FB dan DA (deviant art) sekaligus. Yang daftar ribuan pulak. Belum fakta bahwa page view DA-nya udah ratusan ribu. Karya-karya yang di-upload di sana pasti dapat puluhan sampai ratusan komentar. Dia tinggal di tengah komunitas artis yang selalu mendukung dan menyemangati dia. Beberapa karyanya udah tembus internasional...


Talking about damn ungrateful here...


Tapi semua manusia pasti punya ketidakpuasan. Bukankah Tuhan memang menciptakan kita sebagai makhluk yang tukang ngeluh? Kurasa setiap kali kita ngeluh, Tuhan diam-diam tersenyum di tahtanya sana dan berfirman: "Hahaha... I did create you as a "naggy" creatures. The fact that you keep whining, crying, and sulking about my authorities both in real world and digital world just EXPOSING the fact that YOUR PROGRAM HAS BEEN RUNNING CORRECTLY. Still doubt about "MY" existence, huh?"

Kali...


Akhir-akhir ini Neko berpikir. Barangkali ada untungnya hidup biasa-biasa saja dan pas-pasan seperti ini. Alhamdulillah pas butuh pas ada. Tidak memiliki terlalu banyak, sehingga tidak kehilangan terlalu banyak juga. Semua yang diterima dijalani dengan sepenuh hati. Walau kadang tidak puas, tetap menunduk, menengadahkan kepala sambil tersenyum ke arah langit, "Terimakasih Tuhan"


Neko berharap artis lokal (oh ya di sini 'artis' itu maksudnya seniman visual loh ya. Kayak mangaka dan komikus. Bukan artis yang di TV) yang Neko sebut di atas bisa lebih bersyukur, melupakan ke-insecurity-annya (yang mana sangat manusiawi dan kucingiawi), dan fokus menghasilkan karya-karya yang lebih berkarakter. Karena Neko selalu menanti-nanti karyanya dia dengan sepenuh hati.

SOS MED + TIME = INSECURE???

Sekarang ngomongin masalah "insecure", apakah semakin aktif seseorang di FB atau sosmed yang lain menandakan semakin tinggi level "insecurity" seseorang di dunia nyata? Sepakat nggak sepakat kali ya. Ada benarnya juga sih. Secara Neko orang yang lebih suka berlindung di balik tameng teks daripada ngomong langsung. Neko lebih suka di-SMS daripada ditelpon. Lebih suka di-email daripada chat langsung via SKYPE. Karena dengan begitu Neko bisa MIKIR reaksi seperti apa yang harus Neko keluarkan untuk menanggapi orang. Belakangan ini Neko jadi lebih introvert memang. 


Tahu kalau buat Neko pribadi, kalau Neko menghilang dari FB itu berarti "there must be something wrong with this cat". Beneran. Ketika Neko sedang tenggelam dalam masalah, aktif di FB pun Neko nggak sanggup. Pahit ngeliatin orang lain pada hahahihi sementara di sini Neko terjebak dalam "jurang". Dan semakin nyesek kalau baca keluhan orang di sana-sini. Jadi ketika Neko aktif di FB itu berarti Neko sudah mulai membuka diri walaupun masih belum sepenuhnya. Setidaknya langkah awal dan batu pijakan sebelum Neko menarik atau ditarik keluar dari "gua".


Tapi fenomena sosmed ini kadang bikin nyesek juga coz nggak sebanding ama tingkat kreativitas. Bagaimanapun nggambar dan nulis itu kan pekerjaan yang dilakukan sendirian dalam sunyi. Bukan rame-rame bahkan walaupun keramaiannya cuma bersifat digital. Bahkan di DA pun Neko jadi lebih keasyikan mingling sama orang-orang daripada aktif nggambar lagi kaya beberapa bulan yang lalu.


Padahal Neko udah skeptis nggak bakalan dapat temen ngobrol yang enak di DA sampai kapanpun. Semua cuma datang dan pergi di berbagai gallery, meninggalkan pesan-pesan pendek apresiatif tanpa benar-benar menawarkan pertemanan dan korespondensi. Ternyata nggak! Setahun setelah Neko aktif di DA, ketika Neko mulai memutuskan untuk kembali menjadi diri sendiri yaitu menggambar dengan pensil warna dan memilih tema-tema kekeluargaan, Neko mulai dapat teman di sana.

Banyak yang nge-watch Neko (semacam follow kalau di Twitter). Ngasih komen, pergi, dan kembali lagi sambil menawarkan pertemanan. Sekarang bahkan Neko lagi korespondensi secara intens sama seseorang di UK yang berasal dari Iraq. DIA MUSLIM ternyata. Walau Neko haqqul yaqin besar kemungkinan dia syi'ah. Yah nggak bakal Neko angkat tuh tema sampai kapan punlah. Buat apa coba?


Ada orang dari UK (or USA) yang tiba-tiba dengan baik hati memberikan Neko keanggotaan premium di DA selama 3 bulan (mahal jek biayanya kalau dirupiahin). WOW! Rasanya overwhelming gitu deh.


TAPI YA GITU. Nggak di FB en di DA bukannya berkarya malah asyik berinteraksi sosial. DUDULZ! Manusia emang makhluk sosial, tapi kita kan diciptakan dengan need of achievement juga. Jadi...kurasa Neko harus mulai bener-bener merenungi fokus Neko selama ini.

Ada suatu masa di masa lalu ketika Neko benar-benar gaptek, nggak tahu internet, tapi lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan dengan membaca buku atau mencari teman-teman penulis yang bisa ditemui di dunia nyata.


Teknologi memang seperti dua mata pisau. Di satu sisi katanya sih memperluas cakrawala pandangan kita, melebarkan koneksi dan jaringan pertemanan hingga ke seluruh dunia. Tapi sekaligus mengalienasi dunia kita hingga hanya selebar meja komputer....
Previous
Next Post »
Thanks for your comment