Doakan Agar Gambar-Gambar Neko Lebih Islami, Yah! (Part 1)

It's a guilty pleasure, maybe.

Beberapa kali pas di mahad, saat Neko asyik corat-coret di buku Bahasa Arab (huahaha...buku teks-nya Bahasa Arab, tapi isinya coretan-coretan ala manga Jepang, ironis bukan?), satu-dua teman menjulurkan kepalanya ke arah Neko. Yah, tentu saja yang dimaksud di sini bukan mereka memenggal kepalanya masing-masing, lalu menyodorkan potongan kepalanya ke arah Neko wkwkwk...serem amat. Semuanya menatap gambar Neko beberapa lama (iya, Neko tahu gambar Neko bagus banget HALAH!), lalu dengan nada suara yang menyiratkan kehati-hatian yang amat sangat berkata lirih, 

"Ng... maaf loh ya sebelumnya..." 

Neko jadi inget salah satu tokoh di sitkom Bajaj Bajuri yang hobinya minta maaf hihi...

Teman Neko berhenti sejenak, menelan ludah, seakan apa yang akan dikatakannya adalah suatu hal yang maha-maha-maha berat dan dahsyat.

Oh, betapa sulitnyakah mengakui bahwa gambar Neko sungguh rupawan? Ah, beberapa orang memang sangat pemalu. Tapi kejujuran haruslah diutarakan bukan? Apalagi  kejujuran yang semanis gulali ini. (Begitu pikir Neko sambil melompat ke belakang ala adegan film Matrix untuk menghindari lemparan sandal. Ah, sirik loe XD)

Teman Neko itu menghela nafas panjang, sepanjang tali rafia. Lalu...dia...dia...dia...




meminta maaf lagi. (Neko setengah berharap dia kemudian akan sungkem dan membagikan angpaw) 

Okeh, sebelum adegan ini jadi semakin berlete-lete sapulete seperti adegan sinetron-sinetron, kita lebih baik langsung Neko CUT! Ulang scene 1...Camera Rolling...ACK---SYEN!

"Ng...maaf loh ya sebelumnya. Bukannya mau menyinggung nih..." ujarnya lirih. Aha, setiap kali ada orang yang ngomong begini, sudah jelas mereka sebenarnya berniat untuk mengatakan sesuatu yang bakal menyinggung kita kan? Hahaha...  Ia melanjutkan, "Tapi gini ya...setahu Mbak kan ada hadis yang..."

Sampai di situ Neko tersenyum dan langsung menyahut, "Iya Mbak. Kalau nggambar orang itu nggak boleh kan?"

"Iya... berarti sudah tahu kan?" 

Neko kemudian mengeluarkan dalil yang biasa Neko pakai, "Aku pernah baca tentang masalah itu, Mbak. Setahuku pendapat ulama bermacam-macam. Ada yang bilang kalau yang nggak dibolehkan itu maksudnya patung-patung dan gambar-gambar untuk disembah. Dan setahu Neko juga, yang nggak boleh itu kalau benar-benar mirip manusia asli (oh my God! Berarti serial-serial favorit Neko yang animasi CGnya sangat realistis seperti Final Fantasy dan Resident Evil itu....???). Lha gambar Neko kan kartun, Mbak. Mana ada manusia beneran yang bentuknya seperti ini? Hidung cuma garis lancip, Mulut cuma dua dua garis tipis, dan mata berbinar-binar sebesar piring?" (yang suka baca manga pastinya tahulah hehe)

"Iya. Mbak cuma ngingetin," sambung teman Neko sambil tersenyum penuh arti.

Ia membalikkan badannya, lalu kami pun kembali tenggelam dalam kegiatan masing-masing. Neko kembali mencoret-coret kertas sambil sesekali menguap, sedangkan dia menghapalkan hadis atau surat juz 30 entah yang mana (bedanya kok jauh banget yah wkwk...)

Yah...Yaya Neko juga sering ngegodain Neko dengan hal yang sama, pas Neko udah terlalu asyik menggambar. "Gambar kayak gini nih disukai jin!" "Gimana kalau ntar kamu pas mati disuruh menghidupkan gambar-gambar ini hah?" 

Then basically,  I just told him the same excuses.

Neko, menanyakan hal yang sama pada mentor Neko. Dia hanya menyuruh Neko membaca buku Fiqih jilid berapa gitu (Neko lupa judulnya. Fiqih Perjuangan? Ah...no idea). Di sana ada hukum tentang gambar-gambar, menyimpan gambar di dalam rumah, dan menciptakan gambar itu sendiri. Saat itu Neko berpikir, "Ini golongan yang keras. Pasti ada golongan yang moderat." Dan Neko mencari-cari dalil yang lebih lunak. Yah, tawar-menawar dengan hukum Tuhan. Manusia, sampai Tuhan pun diajak negosiasi. Kemudian mentor Neko mengatakan hal ini:

"Apa yang sedang kita cari sebenarnya? Kebenaran? Atau pembenaran?" 

Dalam hati Neko mengakui hal itu dengan malu-malu.Selain mengakui fakta bahwa kalimat itu rimanya bagus sekali.

Tapi Neko tetap tawar-menawar. Neko sudah menggambar sejak kelas 3 SD, bagaimana Neko bisa menghentikan hobi itu begitu saja??? Sedikit latar belakang saja,  Neko selalu merasa kalau Neko "tiba-tiba" saja bisa menggambar. Menggambar bukan kegiatan favorit Neko sampai pada suatu maghrib, setelah Neko pulang dari TPA, entah kenapa Neko pingin meniru gambar Sailor Moon di Majalah Mentari. Lalu untuk pertama kalinya Neko benar-benar serius dan menghabiskan waktu untuk menggoreskan kapur di papan tulis, membentuk objek gambar yang tidak lagi beraliran abstrak. JRENG! Gambar itu jadi, dan di mata Neko saat itu, keren sekali. Gambar itu Neko biarkan di papan berhari-hari. Bahkan waktu Ummi Neko menghapusnya, Neko ngambek berat sampai Ummi Neko terpaksa menggambarnya ulang (dan Neko tetep ngambek, sebagian karena goresannya nggak mirip, sebagian lagi karena nggak rela pas tahu gambar Ummi Neko saat itu lebih bagus wkwkwk...). Sejak itu Neko pun ketagihan menggambar dengan manga style. Sampai sekarang.

Tawar-menawar antara Neko dan lingkungan Neko akhirnya berhenti di satu titik:

"Kenapa kamu nggak nggambar tokoh yang islami saja? Kenapa kamu nggak nggambar tokoh perempuan berjilbab saja?"

"OKE," kata Neko.

Neko memang kemudian menggambar beberapa perempuan berjilbab, sebagian besar untuk kepentingan organisasi waktu Neko masih aktif dulu. Tapi hanya berhenti sampai di situ. Neko mengoleksi gambar-gambar kartun islami, terutama yang dari www.nayzak.deviantart.com. Neko mengaguminya sepenuh hati, berharap Neko bisa konsisten menekuni jejak yang sama. Tapi sayangnya, Neko harus mengakui bahwa untuk saat ini, menggambar perempuan berjilbab belum menjadi passion Neko.

Ada rasa puas ketika pensil mekanik Neko menggoreskan helai demi helai rambut yang berkibar-kibar diterpa angin, bagai sulur-sulur yang terbuat dari sutra (ini bukan iklan salah satu merk shampoo). Ada gairah yang membuncah ketika drawing pen Neko bisa menyusuri garis-garis itu dengan rapi. Ada rasa mabuk kepayang, saat garis-garis itu akhirnya selesai Neko warnai dengan Faber Castle. Neko berpikir, "Ah...mungkin ini bukanlah sebuah master piece, tapi ini adalah karya Neko. Jelas jauh dari sempurna, tapi buat Neko yang begini saja sudah berkilau. Mungkin tak 100% original, karena banyak dipengaruhi oleh referensi karya lain yang sudah ada sebelumnya... Tapi... this is mine. My Neverland. My Utopia."

Menggambar adalah salah satu dari sedikit kegiatan yang bisa Neko lakukan dengan konsentrasi penuh. 

Satu fakta mengerikan yang pernah Neko hadapi. Waktu merancang tokoh perempuan untuk buku cerita produk skripsi Neko, ada semacam godaan untuk menyuruh Neko lebih berkiblat pada desain-desain artist Jepang. Semacam Final Fantasy dan sebagainya-lah. Desain-desain keren yang menampilkan tokoh-tokoh perempuannya tampil (katanya sih) powerful dengan menampilkan beberapa bagian kulitnya. Robekan-robekan di baju yang dibuat seartistik mungkin. 

Kenapa nggak di-reveal sedikit kulitnya? Biar kreatif. Biar beda. Asal artistik, toh kau nggak nggambar nudity kan?

Kalau bajunya kepanjangan, apa logis? Tokohnya kan tinggal di hutan.Dan dia digambarkan mampu berlari cepat kan? Kalau bajunya kepanjangan ntar dia keserimpet semak belukar!


Neko jadi ingat penggalan puisi Kahlil Gibran dalam buku Sang Nabi: 

Dan jangan dilupakan, untuk bumi adalah kesenangan merasakan telapak kakimu tanpa alas berjalan. Serta angin pun selalu rindu bermain dengan rambutmu. 
 
Ummi Neko menanggapi bagian ini dengan dingin. "Apa ini ditujukan untuk perempuan berjilbab?"

Entahlah. Sedang tak ingin berspekulasi.







Mengerikan (maksudnya bukan penggalan puisinya loh ya). Tapi godaan itu benar-benar terjadi. Apalagi kalau melihat setumpuk referensi anime Jepang itu. Tapi Neko bertahan dan berusaha membuat agar kulit sang tokoh tetap aman tersembunyi di balik mantel. Sebodo amat dengan tanggapan yang mengingatkan kalau tokoh ini tinggal di kawasan hutan negara tropis yang tepat berada di garis khatulistiwa. Dan ini hasilnya...

tebak anak ini berperan jadi hewan apaan XD
Lumayan sopan kan.
Tapi tetap nggak jilbaban.
Demi konsep cerita
Tapi tetap nggak jilbaban

oh well... 
 
The Whisper
Lucunya, gambar-gambar Neko yang bernuansa islami relatif mendapat respon yang lebih positif di dunia maya. Di situs Deviant Art, rekor artwork Neko yang paling banyak dikomentari dan di-fave justru yang menampilkan perempuan berjilbab. 

"It's cute..."
"I love it..."
"Kawaii ne, Sis."

"Thank you..."
"Thank you..."
"Thank you..."  

notification: your artwork had been viewed 423 times
215 times...
300 times...
  

Dan hanya seharga itulah alasan Neko memajang artwork "islami" Neko.

Sigh...how much hypocrispy I could be after this? (yeah, I mistyped it intentionally)

Sedih.

Padahal, kalau mau jujur ya, menggambar perempuan dalam keadaan berjilbab jauh lebih menghemat waktu daripada menggambar mereka dalam keadaan memamerkan helai-helai rambutnya yang berkibar-kibar. Proses pembuatan artwork perempuan berjilbab selalu lebih rapi, lebih bersih (karena nggak harus sering menghapus gambar dengan setip, bahkan tip-ex), lebih enak ngeditnya di kompie, lebih nggak ribet. Hasilnya pun lebih disukai.


Tapi tetap saja Neko lebih banyak memilih mengibarkan rambut tokoh-tokoh di kertas A4 Neko, kayak jemuran yang melambai-lambai. Lebih artistik. Menurut pendapat sesat saat ini. Desperate, Neko bahkan menciptakan tokoh-tokoh akhwat berjilbab khusus untuk mendampingi tokoh-tokoh yang sering Neko gambar saat ini. Berharap suatu saat akan menggambarkan suatu adegan dimana akhwat-akhwat imajiner itu berhasil mengajak tokoh-tokoh Neko untuk berhijab. Tapi tetap saja kemunculan mereka di folder Neko masih sangat minim. 

Goresan tangan memang tak pernah berbohong dalam menelanjangi pemegang pena.

Waktu masih di mahad di luar pulau dulu, Neko pernah berusaha memantapkan hati untuk mulai membiasakan diri menggambar perempuan berjilbab. Dan itu didukung banget sama teman Neko. Salah satu dari mereka bahkan langsung menjadi teman sebangku Neko yang paling setia, sampai Neko kembali ke Malang. Dengan antusias dan dodolnya, dia bahkan rela Neko suruh memposekan berbagai macam gaya untuk Neko sketsa di tengah-tengah jam kosong dan jadi tontonan teman-teman sekelas yang keheranan. Sama sekali nggak ada maksud ngerjain tuh akhwat, coz Neko memang benar-benar serius bikin sketsa berdasarkan pose dia. Dia minta Neko menggambar kartun sosok akhwat sedang beraksi. Katanya dia bosan melihat gambar-gambar kartun akhwat yang kebanyakan posenya pose imut, bahkan narsis (sayangnya...argumen ini memang benar)

Dia bahkan mau aja pas Neko minta berpose ala samurai. Dia pun menggulung buku latihan hadis warna kuningnya. Neko pun corat-coret. Anak-anak sekelas pada bengong. Dia puas dengan hasilnya. Neko bilang insyaallah akan menyelesaikan dan men-tag gambarnya di FB setelah Neko pulang ke Malang. Neko sedang memikirkan cara untuk memoles gambar itu, agar tak dikomentari "gambar akhwat teroris" -______-.

Neko kembali ke Malang. Membeli folder baru. Bertekat akan memenuhinya dengan port-port folio penuh warna yang baru. Dan... kembali menggambar rambut-rambut berhamburan lagi. Kenapa beberapa manusia cenderung lebih mudah istiqomah di jalan yang "salah"?


Teman Neko bahkan pernah bilang, "Yah...dipikir-pikir dulu Mbak. Apa gunanya bagi kehidupan akherat nanti?"


Ah...

Ini...hanya senang-senang... Hobi... mengisi...waktu luang... dengan menghasilkan karya...

Karya... yang nggak jilbaban... Hmm...

Satu fakta lagi. Bahkan saat menggambar artwork yang bernuansa islami pun, Neko menemukan bahwa hal ini sama melenakannya dengan menggambar artwork yang nggak begitu islami. Sama seperti musik. Nggak peduli jenis musik apa yang dimainkan. Apakah itu musik "setan" atau musik-musik "malaikat". Tiba-tiba saja waktu berlalu...

Mungkin...memang begitulah sifatnya. Karena itulah kedua seni ini mendapat posisi yang ambigu dalam pembahasan agama. Entah memang ambigu, atau justru beberapa penerima tafsir yang mengambigu-ambigukannya. Karena beberapa teks literernya tampaknya cukup jelas. Hanya tafsirannya yang bermacam-macam. 

Neko berpegang pada yang golongan moderat. 

Moderat mungkin = tidak tegas. Moderat mungkin sering disikapi dengan meringan-ringankan. Mungkin... Hmm...

to be kontinyu sampai nyut-nyutan

NEXT POST

Previous
Next Post »
Thanks for your comment